Disqus for abaditeacher-blogspot-com

Senin, Oktober 01, 2012

Pendapatan Nasional dan Inflasi



BAB V

PENDAPATAN NASIONAL DAN INFLASI

Pendapatan Nasional merupakan inti dari teori dan kebijakan ekonomi makro. Tingkat pendapatan nasional, selain memberikan informasi tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara, juga sebagai gambaran awal atas masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi dalam suatu perekonomian. 
 Dengan demikian, analisis atas pendapatan nasional sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai masalah pokok yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi. Data pendapatan nasional membantu para perumus kebijakan (pemerintah) untuk menjalankan roda perekonomian menuju tercapainya sasaran atau tujuan nasional.


A. Pengertian Pendapatan Nasional

Kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan perusahaan bertujuan menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat. Apabila keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan tersebut dihitung, maka akan diperoleh produk nasional atau pendapatan nasional. Istilah yang paling sering dipakai untuk menerangkan konsep pendapatan nasional adalah produk domestik bruto (PDB). Secara umum, pendapatan nasional didefinisikan sebagai keseluruhan pendapatan masyarakat yang diterima oleh perekonomian suatu negara dalam jangka waktu satu tahun.
Istilah pendapatan nasional yang hingga sekarang dipakai adalah suatu istilah yang umum dan luas. Istilah ini meliputi:

a.      Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
                Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam waktu satu tahun, termasuk barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara asing di dalam negeri.  Jika kita ingin menentukan besarnya  PDB Indonesia, berarti harus menghitung jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh warga negara (baik warga negara Indonesia sendiri maupun warga negara asing yang berada di Indonesia), tetapi tidak mengikutsertakan nilai barang dan jasa atau pendapatan warganegara Indonesia di luar negeri).
                Hampir serupa dengan PDB di tingkat nasional, di tingkat regional kita akan mendapatkan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB ialah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat di satu wilayah (region), baik di tingakt provinsi maupun kabupaten atau kota. Seperti halnya PDB, PDRB adalah salah satu indicator makro yang dapat menggambarkan besarnya nilai tambah yang diperoleh dari berbagai aktivitas perekonomian di suatu wilayah. Besar kecilnya PDRB suatu provinsi, kabupaten atau kota sangat ditentukan oleh potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mengeloalanya. Oelh karena itu, tidak heran, jika perolehan PDRB di tiap daerah akan bervariasi sesuai dengan potensi yang di miliki masing-masing daerah. PDRB Provinsi Jakarta, tentunya akan berbeda dengan PDRB Nanggroe Aceh Darussalam atau Papua, begitu juga PDRB Kota Bandung tentu akan berbeda dengan PDRB Kabupaten Subang.

b.      Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
Produk Nasional Bruto (PNB) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap warganegara dalam jangka waktu satu tahun, termasuk nilai barang dan jasa warga negara tersebut yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara asing di dalam negeri. Jadi, bila kita ingin mengetahui PNB Indonesia, berarti kita menghitung jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara Indonesia (baik di Indonesia maupun di luar negeri), tetapi tidak mengikutsertakan nilai barang dan jasa atau pendapatan warga negara asing yang ada di Indonesia.
                Jika pendapatan faktor-faktor produksi luar negeri yang ada dalam suatu perekonomian dinotasikan sebagai FPLN, sedangkan faktor-faktor produksi di dalam negeri dinotasikan sebagai FPDN, maka:
               
                                PNB = PDB – FPLN + FPDN

                Selisih antara FPLN dengan FPDN adalah pendapatan faktor produksi neto dari luar negeri (net factor income from abroad, selanjutnya disingkat FPNLN). Jadi,


 
                                PNB = PDB – FPNLN

Pada umumnya, untuk negara berkembang nilai PDB lebih besar dari nilai PNB, hal ini disebabkan karena penanaman modal asing di negara tersebut lebih besar dibandingkan dengan hasil produk warga negaranya di luar negeri. Oleh karena itu, bagi negara berkembang umumnya PDB lebih banyak digunakan dibandingkan dengan PNB.

c.       Produk Nasional Neto (Net National Product)
Produk Nasional Neto (PNN) diperoleh dari Produk Nasional Bruto (PNB) dikurangi dengan penyusutan atas barang modal (capital goods). Karena nilai PNB merupakan nilai kotor, maka untuk mendapatkan nilai bersihnya harus dikeluarkan depresiasinya. Hal ini disebabkan di dalam PNB, investasi yang dipakai adalah investasi kotor, yaitu jumlah investasi yang ditanam. Selain depresiasi tidak termasuk ke dalam transaksi ekonomi, deperesisi atau penyusutan atas barang modal juga sudah disyaratkan dalam sistem akuntansi. Jadi,

                   
                                                PNN = PNB – depresiasi

d.      Pendapatan Nasional Neto (Net National Income)
Pendapatan Nasional Neto adalah pendapatan seluruh warga negara sebagai balas jasa atas semua faktor produksi yang digunakan. Untuk mendapatkan pendapatan nasional, kita harus mengurangi Produk Nasional Neto (PNN) dengan pajak tidak langsung dan menambahkan dengan subsidi. Pajak tidak langsung harus dikurangkan karena bukan merupakan balas jasa atas faktor produksi. Sedangkan subsidi harus ditambahkan karena merupakan balas jasa atas faktor produksi.
Pendapatan Nasional Neto inilah yang kemudian disebut sebagai pendapatan nasional (PN) saja.Jadi,


 
PN = PNN – Pajak Tidak Langsung + Subsidi

e.      Pendapatan Personal (Personal Income)
Pendapatan personal (PP) adalah bagian pendapatan nasional yang merupakan hak-hak individu dalam perekonomian, sebagai balas jasa atas keikutsertaannya dalam proses produksi. Ternyata tidak seluruh pendapatan nasional diterima oleh rumah tangga. Untuk memperoleh pendapatan personal, maka laba perusahaan yang tidak dibagikan atau laba ditahan (LDT) harus dikurangkan, sebab laba ditahan merupakan hak perusahaan. Selain itu, pembayaran asuransi sosial (PAS) juga harus dikurangkan.
Kedua pengurangan itu belum mencerminkan pendapatan personal yang sebenarnya, karena pendapatan personal bukan merupakan pendapatan pribadi masing-masing, melainkan kumpulan dari masyarakat, maka dalam pendapatan personal juga harus ditambahkan pendapatan bunga yang diterima oleh pemerintah dan konsumen (PBPK) dan pendapatan non balas jasa (PNBJ), seperti transfer uang kepada seseorang. Jadi,


 
PP = PN – LDT – PAS + PBPK + PNBJ

f.        Pendapatan Disposabel (Disposable Income)
Pendapatan Disposabel adalah pendapatan yang secara riil berada di tangan konsumen dan siap untuk dibelanjakan atau ditabung. Besarnya pendapatan disposabel adalah pendapatan personal dikurangi  dengan pajak langsung atau pajak penghasilan perorangan.

g. Pendapatan per Kapita (Income per Capita)
Konsep pendapatan lain yang berhubungan dengan pendapatan nasional adalah pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita adalah tingkat rata-rata pendapatan penduduk suatu negara pada periode tertentu yang diperoleh dengan membagi jumlah Pendapatan Nasional (biasanya dalam PDB) dengan jumlah penduduk di negara tersebut.
Biasanya makin tinggi angka PDB per kapita, kemakmuran rakyat dianggap makin tinggi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggunakan angka PDB per kapita untuk menyusun kategori tingkat kemakmuran suatu negara. Berdasarkan standar tahun 1992, sebuah negara dikatakan miskin, bila PDB per kapitanya lebih kecil dari US$ 450,00. Berdasarkan standar ini, maka sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin. Suatu negara dikatakan makmur, jika PDB per kapitanya lebih besar dari US$ 8.000,00. dengan menggunakan standar ini, hanya sebagian kecil negara di dunia yang dianggap kaya/makmur. Negara-negara tersebut umumnya terdapat di Eropa Barat dan Amerika Utara.
 Pada tahun 1994, Bank Dunia dengan menggunakan PNB per kapita, mengelompokkan negara ke dalam tiga kelompok, yakni:

a)      Kelompok negara berpendapatan rendah (lower income) jika PNB per kapita kurang dari US$ 725,00

b)     Kelompok negara berpendapatan menengah (middle income) yang terbagi lagi ke dalam:
1.       Kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle income) jika PNB per kapita antara US$ 726,00-2.895,00
2.       kelompok negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income) jika PNB per kapita antara US$ 2.896,00-8.955,00

c)      Kelompok negara berpendapatan tinggi (high income) jika PNB per kapita lebih dari US$ 8.955,00.

Indonesia pernah termasuk salah satu negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle income). Hal ini didasarkan atas laporan Bappenas yang menunjukan bahwa pada tahun 1995 PNB per kapita Indonesia mencapai US$ 1.023, kemudian meningkat menjadi US$ 1.055,00 dan US$ 1.088,00 pada tahun 1996 dan 1997. Namun, berdasarkan laporan Bank Dunia, pada tahun 1998 dan 1999 Indonesia hanya memiliki PNB per kapita sebesar US$ 640 dan US$ 580 yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara berpendapatan rendah berdasarkan kriteria Bank Dunia tersebut.

B. Metode Perhitungan Pendapatan Nasional 
Ada 3 metode atau pendekatan yang digunakan untuk mengukur pendapatan nasional. Pertama adalah pendekatan produksi (production approach), kedua pendekatan pendapatan (income approach), dan ketiga pendekatan pengeluaran  (expenditure approach).

1) Pendekatan Produksi
Dengan pendekatan produksi,  pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) dari semua sektor produksi selama satu periode tertentu (biasanya dalam satu tahun). Nilai tambah yang dimaksud adalah selisih antara nilai produksi (nilai output) dengan nilai biaya antara (nilai input), yang terdiri atas bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi.
Untuk keperluan ini, berdasarkan ISIC (International Standard Industrial Classification) perekonomian Indonesia dibagi kedalam 11 sektor. 
Sektor-sektor tersebut kemudian disederhanakan lagi menjadi 9 sektor, yaitu:
1.       Pertanian, Peternakan, Kehutananan, dan Perikanan
2.       Pertambangan dan Penggalian
3.       Industri manufaktur
4.       Listrik, Gas, dan Air bersih
5.       Bangunan
6.       Perdagangan, Hotel dan Restoran
7.       Pengangkutan dan Komunikasi
8.       Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan
9.       Jasa-jasa

Contoh:
Seandainya seorang pengusaha pakaian akan memulai usahanya, maka langkah pertama yang dilakukan akan dimulai dengan membeli kapas dari para petani dengan harga Rp 300. Pengusaha pabrik akan mengolah kapas menjadi benang dengan biaya Rp 400. Para pedagang akan menjual benang kepada pabrik tekstil untuk diolah menjadi kain dengan biaya Rp 600. Kain tersebut masuk ke pabrik garmen untuk diproduksi menjadi pakaian jadi dengan biaya sebesar Rp 800. Seterusnya, pakaian jadi tersebut dijual kepada pedagang di pasar dengan harga Rp 1.000. Ilustrasi diatas terlihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 5.1
Perhitungan Nilai Tambah
Sektor Produksi
Nilai Output
Nilai Input
Nilai Tambah
1)     Pertanian (kapas)
2)     Pabrik benang
3)     Pabrik tekstil
4)     Industri garmen
5)     Perdagangan (pakaian  jadi)
Rp 300
Rp 400
Rp 600
Rp 800
Rp 1.000
0
Rp 300
Rp 400
Rp 600
Rp 800
Rp 300
Rp 100
Rp 200
Rp 200
Rp 200
Jumlah nilai tambah
Rp 1.000

Untuk menghindari perhitungan ganda (double-counting), maka nilai PDB dihitung dengan cara menjumlahkan nilai tambah masing-masing sektor (bukan pada nilai outputnya).
Hasil perhitungan pendapatan nasional (PDB) dengan metode produksi, terlihat dalam tabel di bawah.

Tabel 5.2
Pendapatan Domestik Bruto Indonesia
Berdasarkan Harga Berlaku
Tahun 1996
Lapangan Usaha
Jumlah (dalam miliar rupiah)
  1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
  2. Pertambangan dan Penggalian
  3. Industri Manufaktur
  4. Listrik, Gas, dan Air bersih
  5. Bangunan
  6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
  7. Pengangkutan dan Komunikasi
  8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
  9. Jasa-jasa

86.212
43.893
133.088
6.561
42.279
88.451
35.554

38.769
54.149
      Produk Domestik Bruto
528.956
           Sumber: Bank Dunia (1997)

Dari tabel terlihat bahwa perekonomian Indonesia terbagi ke dalam 9 sektor, yang sebenarnya terbagi lagi ke dalam beberapa subsektor. Angka-angka dalam tabel menunjukkan besarnya nilai tambah masing-masing sektor ekonomi di Indonesia.

2) Pendekatan Pendapatan
Pendekatan kedua yang digunakan untuk menghitung pendapatan nasional adalah dengan pendekatan pendapatan. Berdasarkan pendekatan pendapatan, nilai pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan tingkat balas jasa bruto (belum dikurangi pajak) dari faktor produksi yang dipakai. Perhitungan dengan pendekatan ini mungkin akan memberikan hasil yang lebih realistis, tetapi dalam kenyaatannya mungkin tidak terealisasi, karena sukarnya menentukan pandapatan masyarakat yang sebenarnya.
Berdasarkan pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima masyarakat (pemilik faktor produksi) sebagai balas jasa yang mereka terima dalam proses produksi seperti:
a)      Upah/gaji (w)                          = balas jasa pemilik tenaga kerja
b)     Bunga  (i)                                    = balas jasa pemilik modal
c)      Sewa (r)                                      = balas jasa pemilik tanah
d)     Keuntungan (p)                      = balas jasa pengusaha.
Total balas jasa atas seluruh faktor produksi tersebut disebut pendapatan nasional (PN).



Jadi secara matematis, menurut pendekatan pendapatan, pendapatan nasional dirumuskan sebagaia berikut:


 
PN = w + i + r + p

Hasil perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan, terlihat dalam tabel dibawah.

Tabel 5.3
Pendapatan Nasional Indonesia
pada Tahun 1994 (dalam miliar dolar AS)
Jenis pendapatan
Nilai
1.       Balas jasa tenaga kerja (gaji dan upah)
2.       Bunga bersih
3.       Pendapatan dari sewa
4.       Keuntungan perusahaan
5.       Pendapatan usaha sendiri
4.004,6
409,7
27,7
542,7
473,7
Pendapatan Nasional
5.458,4
                     Sumber:  Sukirno (2000)

3) Pendekatan Pengeluaran
Berdasarkan pendekatan pengeluaran, nilai pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan permintaan akhir dari para pelaku ekonomi (konsumen, produsen, dan pemerintah) dalam suatu negara. Kita bisa tuliskan sebagai berikut:
1.       Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C)
2.       Pengeluaran konsumsi pemerintah (G)
3.       Investasi domestik bruto (I)
4.       Perubahan stok , yakni selisih kondisi awal tahun dengan akhir tahun dari barang/bahan yang berada dalam penyimpanan produsen atau pun stok dalam proses produksi (jika ada).
5.       Ekspor neto/nilai ekspor dikurangi impor (X-M)
6.       Dikurangi investasi asing (jiks ada)

Nilai pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pengeluaran adalah nilai total dari keenam jenis pengeluaran tersebut. Secara matematis dituliskan sebagai berikut:


 
PN = C + G + I + stok + (X -M) + Inv. Asing

Hasil perhitungan pendapatan nasional (PDB) Indonesia dengan pendekatan pengeluaran, terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 5.4
Perkembangan PDB Indonesia Berdasarkan Pengeluaran
Tahun 1995-1998 (triliun rupiah).
Jenis pengeluaran
1995
1996
1997
1998
1)     Konsumsi Rumah tangga
2)     Konsumsi Pemerintah
3)     Investasi
4)     Perubahan stok
5)     Ekspor barang dan jasa
6)     Impor barang dan jasa
234
31
112
16
105
(114)
257
32
129
6
112
(122)
278
32
140
3
121
(140)
268
27
90
(11)
135
(132)
Produk Domestik Bruto (PDB)
384
414
433
376
Sumber: BPS (angka dibulatkan)

Tabel 5.5
Produk Domestik Bruto, Produk Domestik Nasional dan
Pendapatan Nasional Indonesia Tahun 1993 dan 1996
Menurut harga konstan 1993 (Triliun Rupiah)

Jenis pengeluaran
Tahun
1993
1996
Konsumsi rumah tangga
Konsumsi pemerintah
Investasi
Perubahan stok
Ekspor barang dan jasa
Dikurangi: Impor barang dan jasa
193,0
29,7
86,7
10,6
88,2
(78,4)
242,1
32,1
126,0
16,5
111,1
(113,9)
Produk Domestik Bruto (PDB)
329,8
413,9
Pendapatan bersih faktor produksi dari luar negeri

(12,6)

(19,7)
Produk Nasional Bruto (PNB)
317,2
394,2
Dikurangi: pajak tidak langsung
Dikurangi: penyusutan
(21,2)
(22,3)
(16,5)
(20,7)
Pendapatan Nasional
279,5
351,2
                   Sumber:  Bank Indonesia (dikutip dari Sukirno, 2000)
Baik pendekatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran, nilai pendapatan nasional (PDB) dapat ditentukan berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan.
PDB yang dihitung dengan menggunakan harga berlaku disebut PDB nominal. Nilai PDB dengan harga berlaku dapat memberi hasil yang menyesatkan, karena adanya pengaruh kenaikan harga-harga (inflasi). Sedangkan nilai PDB yang dihitug berdasarkan harga konstan disebut PDB riil atau PDB aktual. Untuk memperoleh PDB atas harga konstan kita harus menentukan tahun dasar terlebih dahulu, yaitu tahun di mana perkonomian berada dalam kondisi baik, sehingga harga-harga tetap stabil atau konstan. Nilai PDB yang dihitung berdasarkan harga konstan akan memberikan hasil yang lebih akurat, sehingga lebih banyak dipakai dalam analisis ekonomi. Selain kedua jenis PDB, ukuran pendapatan nasional lainnya adalah PDB potensial, yaitu nilai produksi maksimum yang dapat dicapai oleh suatu perekonomian di dalam negeri tanpa menaikkan tingkat harga.
        Hubungan antara PDB riil dan PDB potensial biasanya digunakan untuk menggambarkan siklus ekonomi suatu negara. Siklus tersebut dapat digunakan untukl menganalisis berbagai maslah ekonomi terutama pengangguran dan inflasi.


        PDB rill                                                 PDB riil
        Booming                                          PDB potensial

       


        Titik puncak (peak)




 
                                Titik terendah (through)
        depresi

                                                                                                                                             waktu


C.  Perbandingan PDB dan Pendapatan per Kapita Indonesia dengan Beberapa Negara Lain

Adanya kenaikan dalam pendapatan nasional maupun pendapatan per kapita biasanya dipakai sebagai indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Baik PDB maupun pendapatan per kapita sebenarnya bukan merupakan ukuran yang ideal. Michael P. Todaro, seorang profesor ekonomi dari Universitas New York menyatakan bahwa pendapatan nasional maupun pendapatan per kapita merupakan indeks kesejahteraan dan pembangunan yang bias.  Pendapatan per kapita misalnya, hanya merupakan konsep rata-rata, karena sama sekali tidak memberi indikasi bagaimana pendapatan nasional sebuah negara dibagikan kepada masyarakat secara keseluruhan. Dengan kata lain, baik pendapatan nasional maupun pendapatan per kapita tidak memiliki pengaruh apapun terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.
Walaupun demikian, kenaikan dalam pendapatan nasional maupun pendapatan per kapita tetap merupakan unsur penting dalam setiap program pembangunan dalam usaha meningkatkan taraf hidup rakyat. Kenaikan pendapatan per kapita dan tingginya kesejahteraan rakyat bukan merupakan tujuan-tujuan pembangunan yang harus dipisahkan, karena keduanya bisa diwujudkan secara bersama-sama. Strategi pembangunan yang memadukan antara pertumbuhan dan pemerataan dalam distribusi pendapatan (redistribution with growth) pernah direkomendsikan oleh Bank Dunia pada era tahun 1970-an terhadap negara-negara sedang berkembang.
Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi (antara 7%-8% per tahun), dan rata-rata pendapatan perkapita yang meningkat setiap tahun, Indonesia pada masa Orde Baru pernah diprediksikan sebagai salah satu calon negara industri baru.
Akan tetapi, akibat krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia terus memburuk dan mengalami kemunduran. Hal ini terlihat misalnya pada tingkat pendapatan per kapita Indonesia yang mengalami penurunan drastis yang hanya mencapai 640 dolar pada tahun 1998 dan 580 dolar pada tahun 1999.
Sebagai perbandingan, dibawah ini disajikan perkembangan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita Indonesia dan beberapa negara dikawasan Asia lainnya, sebelum dan pada masa krisis ekonomi.

Tabel 5.6
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
Dan Beberapa Negara Asia
Negara
Produk Domestik Bruto
 (dalam miliar Dollar AS)
1995
1998
1999
Indonesia
Cina
Korea Selatan
Malaysia
Filipina
Singapura
Thailand
Vietnam
202,1
700,2
489,3
87,3
74,1
83,7
168,0
20,2
94,2
946,3
317,1
72,5
65,1
82,8
112,1
27,2
141,0
991,2
406,9
74,6
75,3
84,9
123,9
28,6
        Sumber: Bank Dunia (dikutip dari Tambunan, 2001)

Tabel 5.7
Pendapatan Per Kapita Indonesia
Dan Beberapa Negara di Asia

Negara
Pendapatan per Kapita
(dalam Dollar AS)
1995
1998
1999
Indonesia
Cina
Korea Selatan
Malaysia
Filipina
Singapura
Thailand
Vietnam
1.000,00
520,00
10.250,00
3.890,00
1.010,00
27.230,00
2.730,00
250,00
640,00
740,00
8.500,00
3.680,00
1.050,00
30.560,00
2.070,00
350,00
580,00
780,00
8.490,00
3.400,00
1.020,00
29.610,00
1.960,00
370,00
                Sumber: Bank Dunia (dikutip dari Tambunan, 2001)



D. Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional


Beberapa manfaat atas perhitungan pendapatan nasional adalah:

a)     Mengetahui dan Menganalisis Struktur Perekonomian Negara
Dari perhitungan pendapatan nasional kita dapat mengetahui apakah suatu negara itu termasuk kategori negara industri atau negara agraris. Berapa besarnya kontribusi sektor pertanian, pertambangan dan lain-lain dalam perekonomian negara. Selanjutnya hasil dari perhitungan pendapatan nasional ini akan kita gunakan untuk menentukan ke arah mana perekonomian bergerak, berapa laju kecepatan geraknya, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk  mencapai suatu sasaran.

b)     Membandingkan Perekonomian Antardaerah atau Antarnegara
Perhitungan pendapatan nasional dapat juga digunakan untuk membandingkan perekonomian suatu daerah dengan daerah lain (baik antarprovinsi di dalam suatu negara maupun antarnegara).

c)      Membandingkan Perekonomian dari Setiap Periode
Dengan membandingkan pendapatan nasional setiap waktu dari tahun ke tahun dapat memberi keterangan apakah ada peningkatan atau penurunan dalam perekonomian, apakah ada perubahan struktur atau tidak, dan dihubungkan dengan jumlah penduduk apakah terdapat kenaikan atau penurunan dalam pendapatan per kapita.

d)     Merumuskan Kebijakan Pemerintah
Perhitungan pendapatan nasional berguna untuk membantu dalam merumuskan kebijakan pemerintah. Seandainya kita menginginkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5%, maka perhitungan pendapatan nasional inilah yang akan kita jadikan sebagai salah satu acuannya.


Indeks harga dan Inflasi
Dari satu periode ke periode lainnya, tingkat harga berbagai barang dan jasa akan selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut biasanya berupa kenaikan harga-harga atau dalam istilah ekonomi dikenal dengan nama inflasi. Untuk dapat menentukan perubahan harga rata-rata pada suatu periode tertentu maka digunakan indeks harga. Namun sebelum kita membahas indeks harga sebagai indikator inflasi, kita akan mencoba memahami segala seluk beluk yang berkaitan dengan inflasi.

A. Pengertian Inflasi
Salah satu masalah moneter yang sangat penting dan hampir dijumpai pada semua negara di dunia adalah inflasi. Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik dibahas berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap perekonomian. Mengingat pentingnya inflasi, maka pengetahuan mengenai penyebab, dampak inflasi, dan cara mengatasinya menjadi sangat penting bagi para pengambil keputusan. Pernahkah Anda merasakan bagaimana harga-harga suatu barang atau jasa cenderung meningkat dalam periode waktu tertentu?
                Secara singkat, inflasi didefinisikan sebagai tingkat kenaikan harga umum secara terus menerus (persisten) dalam periode tertentu. Sejalan dengan pengertian tersebut, Dr. Boediono dari Universitas Gadjah Mada mendefinisikan inflasi sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali jika kenaikan tersebut juga mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Begitu juga kenaikan harga karena musiman, menjelang hari besar keagamaan, atau yang terjadi sekali saja dan tidak memiliki pengaruh lanjutan tidak disebut sebagai inflasi.
                Dengan demikian, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu:
1)           Adanya kenaikan harga,
2)           Bersifat umum, dan
3)           Berlangsung terus menerus (persisten).

 

B. Sebab-sebab Timbulnya Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai sumber, baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran. Secara teoritis, terdapat berbagai jenis inflasi berdasarkan penyebabnya diantaranya:

1. Inflasi dari Sisi Permintaan (demand-side inflation)
Inflasi dari sisi permintaan ialah jenis inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan total yang melebihi kenaikan penawaran total (produksi). Kenaikan permintaan ini terjadi karena jumlah uang beredar lebih besar dibandingkan dengan tingkat produksi masyarakat, sehingga menyebabkan adanya peningkatan permintaan untuk berbagai jenis barang dan jasa. Banyaknya permintaan total tersebut akan meningkatkan harga-harga secara keseluruhan. Inflasi jenis ini disebut juga dengan Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation).



 
         P   
                                                                     AS0


 
        P1
        
        P0  
                                                                                  AD1
                                                                               
                                                                                AD0


 
0                         Y0  Y1                                Y    
                                                                                    
                                                                Gambar 2.1
Inflasi Tarikan Permintaan
(Demand-Pull Inflation)
P             = Tingkat harga
Y             = Tingkat pendapatan
P0           = Tingkat harga asal
P1           = Tingkat harga kemudian
AD0        = Permintaan total asal
AD1        = Permintaan total kemudian
        AS0         = Penawaran total asal



2. Inflasi dari Sisi Penawaran (supply-side inflation)
Inflasi dari sisi penawaran merupakan jenis inflasi yang disebabkan oleh kenaikan penawaran total yang melebihi permintaan total. Faktor yang menyebabkan kelebihan penawaran ini dapat terdiri dari berbagai macam seperti kenaikan tingkat upah, kenaikan harga bahan baku, baik impor maupun domestik ataupun kekakuan struktural. Inflasi jenis ini disebut juga dengan inflasi dorongan harga (cost-push inflation)
Upah merupakan komponen yang paling penting dalam biaya produksi. Adanya kenaikan tingkat upah, yang biasanya disertai dengan kenaikan biaya produksi kemudian dialihkan oleh produsen kepada konsumen dalam bentuk tingkat harga yang lebih tinggi. Kenaikan upah yang tidak sejalan dengan kenaikan produktivitas akan menyebabkan inflasi.
Di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, biasanya ketergantungan terhadap bahan baku impor industri dalam negeri sangat tinggi. Kenaikan tingkat harga di negara asal bahan baku (misalnya karena melemahnya nilai tukar) akan diteruskan ke perekonomian domestik, yang pada gilirannya akan meningkatkan harga-harga umum.
Inflasi juga dapat disebabkan oleh adanya kekakuan struktural, yang antara lain berkaitan dengan struktur pasar, baik pasar barang (berkaitan dengan struktur pasar) maupun pada pasar tenaga kerja (berkaitan dengan upah minimum).
Kekakuan struktural yang menjadi penyebab utama inflasi di negara berkembang adalah: Pertama, kekakuan (ketidakelatisan) dari penerimaan ekspor yang mengalami pertumbuhan lebih lambat dibandingkan dengan impor. Memburuknya nilai tukar perdagangan (term of trade) ini, menyebabkan pemerintah terpaksa menggalakkan produksi dalam negeri dari bahan baku yang diimpor. Hal ini akan menaikan biaya produksi dan akan mengakibatkan harga-harga barang meningkat. Dan kedua, kekakuan yang  berkaitan dengan produksi bahan makanan di dalam negeri yang tumbuh lebih lambat daripada pertambahan penduduk maupun pendapatan perkapita. Hal ini akan menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung naik melebihi harga-harga barang lain.

Grafik inflasi dari sisi penawaran ini terlihat pada gambar dibawah ini.










               



                                                                                  
                 P
                                                                                        AS1
                               
                                                                                   AS0
          P1                                
          P0


                                                                                AD0       


 
                  0                     Y1   Y0                                         Y
        Gambar 2.2
 Inflasi Dorongan Biaya
                                   (Cost-Push Inflation)
Keterangan:
P             = Tingkat harga
Y             = Tingkat pendapatan
P0           = Tingkat harga asal
P1          = Tingkat harga kemudian
AD0        = Permintaan total asal
AS0         = penawaran total asal
        AS1         = Penawaran total kemudian


3. Inflasi dari Sisi Permintaan dan Penawaran (demand-supply inflation)

Jenis inflasi ini disebabkan oleh kenaikan permintaan total yang kemudian diikuti oleh kenaikan penawaran, sehingga harga menjadi meningkat lebih tinggi. Interaksi antara permintaan dan penawaran yang mendorong kenaikan harga ini disebabkan oleh perkiraan (ekspektasi) kenaikan harga, tingkat upah, atau adanya kelembaman Inflasi (inertial inflation) di masa lalu.
Inertial inflation adalah tingkat kenaikan harga yang berasal dari periode atau tahun sebelumnya. Inertial inflation biasanya disebut pula sebagai inflasi dasar (core inflation).
Jika adanya kenaikan harga-harga ini terjadi bersamaan dengan kemandegan (stagnasi) tingkat pertumbuhan ekonomi, akan menyebabkan stagflasi. Stagflasi menggambarkan kombinasi dari dua keadaan buruk di dalam perekonomian, yaitu adanya kemandegan dalam pertumbuhan ekonomi (stagnasi) di satu sisi, dan adanya kenaikan harga-harga (inflasi) di sisi lain. 







       P                                                      AS1                       
                                                                    
 P1                                                       AS0
       
       
        P0  
                                                                                  AD1
                                                                               
                                                                                AD0


 
0                          Y0                                      Y    
                                                                                    
                                                                Gambar 2.3
             Stagflasi
        Keterangan:
P             = Tingkat harga
Y             = Tingkat pendapatan
P0           = Tingkat harga asal
P1           = Tingkat harga kemudian
AD0        = Permintaan total asal
AD1        = Permintaan total kemudian
        AS0         = Penawaran total asal
        AS1         = Penawaran total kemudian
               

1. Jenis-Jenis inflasi
Menurut sifatnya, inflasi dibedakan atas:

a)      Inflasi Ringan/Merayap (creeping inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah, biasanya kurang dari 10% setahun, kenaikan harga berjalan secara lambat dan biasanya berlangsung relatif lama.

b)     Inflasi Sedang (galloping inflation)
Inflasi berkisar antara 10%-30% per tahun yang ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan biasanya berlangsung relatif singkat.

c)      Inflasi Tinggi (hyper inflation)
Inflasi ini berkisar antara antara 30%-100% merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot sangat tajam dan harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali.

Inflasi juga dapat dibedakan berdasarkan asalnya, berdasarkan asalnya inflasi dibedakan atas:

a)     Inflasi yang Berasal dari Dalam Negeri (domestic inflation)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri biasanya timbul karena defisit dalam APBN yang dibiayai dengan pencetakan uang baru. Defisit dalam APBN dapat menyebabkan inflasi, karena untuk menutup defisit tersebut pemerintah dapat melakukan berbagai kebijakan, diantaranya dengan menambah jumlah uang beredar melalui pencetakan uang baru. Meningkatnya jumlah uang beredar yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan cenderung menaikan harga-harga.

b)     Inflasi yang Berasal dari Luar Negeri (imported inflation)
Jenis inflasi ini timbul karena kenaikan harga-harga diluar negeri atau di negara-negara mitra dagang utama (antara lain disebabkan karena melemahnya nilai tukar) yang secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan kenaikan biaya produksi di dalam negeri. Kenaikan biaya produksi biasanya akan disertai dengan kenaikan harga-harga barang.



Naiknya ongkos kendaraan atau barang-barang kebutuhan pokok masyarakat menjelang lebaran. Apakah ini termasuk inflasi? Beri gambar lalu lintas mudik menjelang lebaran.
 
 









2. Teori Inflasi
Beberapa teori yang menjadi landasan terjadinya inflasi adalah:
a.       Teori Kuantitas, menurut teori ini inflasi disebabkan oleh jumlah uang beredar melebihi kebutuhan dan adanya ekspektasi atau perkiraan masyarakat mengenai kecenderungan kenaikan harga-harga di masa yang akan datang.
b.       Teori Keynes, menurut teori ini inflasi disebabkan oleh permintaan total terhadap barang dan jasa yang melebihi kemampuan berproduksi masyarakat.
c.       Teori Strukturalis, menurut teori ini inflasi adalah pengiring yang alami bagi pertumbuhan ekonomi, sehingga inflasi tidak dapat dikendalikan melalui kebijakan fiskal maupun moneter tanpa menimbulkan pengangguran atau kemandegan (stagnasi) dalam pertumbuhan ekonomi. Ini terjadi karena adanya kekakuan pada beberapa kegiatan ekonomi, seperti kekakuan pada penerimaan ekspor yang tumbuh lebih lamban dari sektor lain, serta kekakuan dari tingkat produksi (bahan makanan) di dalam negeri tidak secepat pertumbuhan pendapatan per kapita.


 
Teori Strukturalis ini, pertama kali muncul di Amerika Latin oleh sekelompok ahli ekonomi yang tergabung dalam sebuah lembaga PBB, Economic Comission for Latin America (ECLA). Tokohnya adalah Raul Prebisch (1901-1986), Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi PBB tersebut, yang juga pernah menjabat Guru Besar Ekonomi Politik di Universitas Buenos Aires, Argentina.
 
 
C.  Dampak inflasi Terhadap Pendapatan Masyarakat
Beberapa masalah sosial yang timbul akibat inflasi diantaranya:

a.      Menurunnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat
Tingkat kesejahteraan rakyat, umumnya diukur dengan daya beli masyarakat dari pendapatan yang diperolehnya. Adanya inflasi menyebabkan daya beli masyarakat semakin rendah, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tetap (kecil). Sebagai contoh , jika seseorang memperoleh pendapatan tetap setiap bulannya sebesar Rp 500.000, sedang laju inflasi sebesar 10%, ia akan mendapat kerugian berupa penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp 50.000,. Dengan kata lain, inflasi sangat merugikan masyarakat  yang berpenghasilan tetap dan kecil tersebut.

b.      Memburuknya Distribusi Pendapatan
Dampak negatif inflasi terhadap tingkat kesejahteraan sebenarnya dapat dihindari jika laju pertumbuhan tingkat pendapatan lebih besar dari laju inflasi tersebut. Dengan kata lain, bagi pihak yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi akan mendapatkan keuntungan karena adanya inflasi. Akan tetapi, dalam kenyataannya dimasyarakat hanya segelitir orang yang memiliki kemampuan meningkatkan pendapatannya melebihi laju inflasi. Dengan demikian, inflasi hanya menyebabkan terjadinya pola pembagian pendapatan masyarakat menjadi lebih timpang. Inflasi ibarat pajak bagi orang yang berpendapatan tetap dan merupakan subsidi bagi mereka yang berpendapatan tidak tetap  (dalam arti pihak ini memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase lebih besar dari laju inflasi).

c.       Terganggunya Stabilitas Ekonomi
Inflasi menggangu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan masa depan (ekspektasi) para pelaku ekonomi. Dengan perkiraan bahwa harga-harga akan terus naik, konsumen melakukan pembelian barang dan jasa yang lebih banyak dari seharusnya. Bagi produsen, perkiraan akan naiknya harga barang dan jasa mendorong mereka menunda penjualan untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Penawaran barang dan jasa berkurang. Akibatnya, kelebihan permintaan membesar dan mempercepat laju inflasi. Kondisi ekonomi secara keseluruhan menjadi lebih buruk.


D. Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator ekonomi yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi selama periode tertentu. Diantara indikator tersebut adalah:

1.      Indeks Harga Konsumen (IHK)
IHK ialah indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang biasa dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Indeks ini digunakan untuk melihat inflasi dari sisi konsumen. Jadi, indeks harga konsumen mengukur tingkat harga barang atau jasa yang dianggap mencerminkan konsumsi masyarakat secara rata-rata.
IHK biasanya dihitung berdasarkan suatu survei biaya hidup di daerah perkotaan yang dilakukan secara berkala. Secara umum, jenis barang dan jasa dalam IHK dikelompokkan ke dalam empat kelompok besar, yaitu makanan, pakaian, perumahan dan aneka barang dan jasa.

2.      Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
IHPB (Indeks Harga Perdagangan Besar) ialah indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang diterima oleh produsen pada berbagai tingkat produksi. Indeks ini digunakan untuk melihat inflasi dari sisi produsen. Jadi, IHPB menggambarkan besarnya perubahan perubahan harga pada tingkat harga perdagangan besar ataupun harga grosir dari sejumlah komoditas tertentu yang diperdagangkan di suatu negara atau daerah. IHPB dikelompokkan ke dalam 5 sektor utama, yaitu pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, ekspor dan impor baik migas maupun non migas.
3.      Indeks Harga Implisit atau (Deflator PDB)
Indeks Harga Implisit (Deflator PDB) ialah indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang biasa dibeli konsumen dalam jumlah yang besar dan biasanya meliputi wilayah yang lebih luas. Indeks ini digunakan untuk melihat inflasi dari sisi perekonomian secara makro. Indeks Harga Implisit (IHI) atau PDB deflator itu sendiri diperoleh dengan membagi PDB nominal (PDB atas harga berlaku) dengan PDB riil (PDB atas harga konstan) pada tahun tertentu.

Ketiga indikator tersebut akan saling melengkapi dan akan memberikan hasil yang berlainan. Hasil perhitungan dengan ketiga indikator tersebut terlihat dalam tabel-tabel dibawah. Dengan menggunakan indikator indeks harga konsumen (IHK), indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan indeks harga implisit (IHI) atau PDB deflator, perkembangan tingkat inflasi Indonesia terlihat dalam tabel-tabel berikut:

Tabel 2.1
Indeks Harga Konsumen (IHK)
 Tahun 1994-1998
Akhir Periode
IHK
Perubahan IHK (%)
1994
1995
1996
1997
1998
163,17
177,83
189,62
211,62
375,89
9,60
8,98
6,63
11,60
77,63
Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan tabel tersebut, kita dapat menghitung laju inflasi pada tahun tertentu, misalnya untuk tahun 1996 sebagai berikut:



Tabel 2.2
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
 Tahun 1995-1998 (1983 = 100)
Akhir Periode
IHPB
Perubahan IHPB (%)
1995
1996
1997
1998
240
259
282
568
11,62
7,92
8,8
101,42
                                Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan tabel diatas, kita dapat menghitung laju inflasi pada tahun tertentu, misalnya untuk tahun 1996 sebagai berikut:



Tabel 2.3
Indeks Harga Implisit (IHI)
 Tahun 1991-1996 (1990 = 100)
Akhir Periode
IHI
Perubahan IHI (%)
1991
1992
1993
1994
1995
1996
108,7
116,7
139
149,9
163,9
177,8
8,70
7,36
19,10
7,84
9,34
8,48
                                Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan tabel tersebut, kita dapat menghitung laju inflasi pada tahun 1996 sebagai berikut:


       
Studi tentang penyebab inflasi di Indonesia telah banyak dilakukan. Dengan menggunakan formulasi dan model yang berbeda-beda, para peneliti menyimpulkan bahwa terdapat dua penyebab utama inflasi di Indonesia, yaitu inflasi yang diimpor (imported inflation), terutama karena adanya penurunan nilai tukar (depresiasi), dan inflasi karena defisit dalam APBN (domestic inflation). Bisakah Anda menjelaskan mengapa depresiasi nilai tukar dan defisit APBN dapat menyebabkan inflasi?




E. Cara Menanggulangi Inflasi
Untuk menanggulangi inflasi dapat ditempuh tiga kebijakan:

1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah melalui bank sentral sebagai pemegang otoritas moneter yang berkaitan dengan pengendalian jumlah uang beredar, pengaturan tingkat suku bunga dan kredit.
Kebijakan moneter biasanya lebih efektif dalam mengatasi masalah inflasi daripada untuk mendorong ekspansi kegiatan ekonomi dalam jangka pendek. Hal ini disebabkan karena inflasi dapat diatasi dengan mengendalikan permintaan total masyarakat  melalui pengurangan jumlah uang beredar. Instrumen yang biasanya dipakai dalam kebijakan moneter oleh bank sentral dalam menanggulangi atau mengatasi masalah inflasi ini adalah:

a)     Operasi Pasar Terbuka (open market operation)
Operasi Pasar Terbuka ialah setiap usaha untuk memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk membeli atau menjual  surat-surat berharga milik negara. Kegiatan penjualan surat berharaga oleh pemerintah di pasar terbuka akan mengurangi cadangan wajib bank umum. Dengan demikian, di masyarakat jumlah uang beredar akan berkurang dan kenaikan harga-harga pun dapat ditekan.

b)     Kebijakan Tingkat Suku Bunga (discount rate policy)
Kebijakan tingkat suku bunga ialah tindakan Bank sentral untuk mengubah tingkat suku bunga yang harus di bayar oleh bank umum dalam hal meminjam dana dari bank sentral. Dengan demikian, dana yang diperoleh bank akan tergantung dari besarnya bunga yang ditetapkan oleh bank sentral. Jika tingkat bunga pinjaman yang ditetapkan tinggi, maka bank umum akan meminjam dana lebih sedikit, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat juga akan lebih sedikit.

c)      Kebijakan Cadangan Wajib (reserve requirement policy)
Kebijakan cadangan wajib berkaitan dengan tindakan bank sentral dalam menetapkan cadangan wajib bagi bank umum di bank sentral. Jika cadangan wajib yang dikenakan oleh bank sentral tinggi, maka jumlah pasokan uang akan turun, selanjutnya jumlah uang beredar di masyarakat menjadi lebih sedikit sehingga harga-harga pun berkurang.

2.  Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan demikian akan mempengaruhi harga.
Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.   

Kebijakan fiskal ini ditempuh melalui tiga cara, yaitu :
a)      Meningkatkan penerimaan pajak dengan memperlakukan tingkat pajak yang tinggi bagi unit usaha yang tidak memproduksi kebutuhan pokok masyarakat, atau dengan mengenakan jenis-jenis pajak baru.
b)     Mengurangi pengeluaran pemerintah dengan jalan menunda atau menghapuskan pengeluaran yang bukan prioritas.
c)      Mengadakan pinjaman pemerintah yaitu dengan mengurangi pembayaran yang dilakukan pada masyarakat dan mengembalikan lagi dikemudian hari (misalnya dalam bentuk pensiun).

3.  Kebijakan Non Moneter
Kebijakan non moneter ialah setiap usaha atau tindakan yang langsung dapat dirasakan manfaatnya dalam menanggulangi inflasi tersebut dan tidak menyangkut masalah uang atau pun fiskal.
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
1)     Meningkatkan hasil produksi. Kenaikan hasil produksi ini dapat dicapai misalnya dengan penurunan bea masuk sehingga impor barang dalam jangka pendek akan meningkat. Jika produksi telah berjalan, impor barang harus dikurangi karena akan mengurangi pendapatan nasional. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.

2)     Melakukan pengawasan harga dan distribusi barang, yaitu melalui pengendalian harga dan pendistribusian barang-barang kebutuhan pokok pada masyarakat, terutama pada tempat-tempat atau pasar dimana telah terjadi kenaikan harga-harga.


                Pada dasarnya usaha untuk menanggulangi inflasi tersebut lebih banyak dititikberatkan kepada kebijakan moneter melalui ketiga instrumen utamanya dan kebijakan non moneter.  Oleh karena itu, kita akan membahas kebijakan ini selanjutnya.

   Untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah, dalam rangka memulihkan krisis ekonomi 1997, pemerintah Indonesia pernah menjadikan inflasi sebagai sasaran tunggal dari pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia.
Tabel 2.4
Inflasi Indonesia Periode 2000-2003

Bulan

2000-2001

2001-2002

2002-2003

Januari-januari

8,28

14,42

8,74

Februari-februari

9,14

15,13

7,34

Maret-maret

10,62

14,08

7,12

April-april

10,51

13,30

7,54

Mei-mei

10,82

12,93

6,91

Juni-juni

12,11

11,48

6,62

Juli-juli

13,04

10,05

5,79

Agustus-agustus

12,23

10,60

6,38

September-september

13,01

10,48

6,20

Oktober-oktober

12,47

10,33

6,22

Novmber-november

12,91

10,48

5,33

Desember-desember

12,55

10,03

5,06

   Sumber : BPS (Kompas, 2 Juni 2004)


                Kita bisa lihat dari tabel di atas  bahwa inflasi di Indonesia dari tahun ke tahun masih dalam tahap yang wajar dan lebih stabil. Ini bisa jadi mencerminkan proses pemulihan ekonomi sudah berjalan dan mulai menunjukkan hasilnya.
EVALUASI

A. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT!

I. Soal yang berkaitan dengan pendapatan nasional
1.       Pendapatan nasional adalah …..
a.       Seluruh pendapatan negara yang berasal dari sebagian masyarakat dalam jangka waktu satu tahun
b.       jumlah barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar yang dihasilkan oleh perekonomian suatu negara dalam jangka waktu satu tahun
c.       keseluruhan pendapatan masyarakat yang diterima oleh perekonomian suatu negara dalam jangka waktu satu tahun
d.       jumlah semua pendapatan daerah dalam perekonomian suatu negara selama satu tahun
e.       jumlah barang dan jasa akhir berdasarkan harga berlaku yang diterima oleh suatu negara

2.       Nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam waktu satu tahun, termasuk barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara asing di dalam negeri, disebut …..
a.       produk nasional bruto
b.       produk domestik bruto
c.       produk nasional bersih
d.       pendapatan nasional
e.       pendapatan disposabel

3.       Nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap warganegara dalam jangka waktu satu tahun, termasuk nilai barang dan jasa warga negara tersebut yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara asing di dalam negeri, disebut …..
a.       produk nasional bruto
b.       produk domestik bruto
c.       produk nasional neto
d.       pendapatan nasional
e.       pendapatan disposabel

4.   Perbedaan utama antara PNB dengan PDB adalah ….
a.       perbedaan dalam menghitung value added dan produk akhir
b.       perbedaan dalam menaksir seluruh nilai produksi yang dapat dihasilkan oleh warga negaranya
c.       perbedaan dalam menilai produksi orang asing
d.       perbedaan antara nilai ekspor dan impor
e.       semua jawaban salah

5.   Apabila diketahui bahwa lebih banyak modal asing yang ditanamkan di Indonesia dibandingkan dengan modal Indonesia yang ditanamkan di luar negeri, maka bagi Indonesia ….
  1. PDB=PNB
  2. PDB<PNB
  3. PDB>PNB
  4. PDB=PNN
  5. Semua jawaban salah

6.   Selisih antara faktor produksi luar negeri dengan faktor produksi dalam negeri disebut…..
a.       faktor produksi neto dari dalam negeri
b.       faktor produksi bruto dari luar negeri
c.       faktor produksi neto dari  luar negeri
d.       faktor produksi bruto dari luar negeri
e.       faktor produksi neto dari dalam dan negeri

7.       Ardi adalah pengusaha Indonesia yang tinggal di Indonesia. Peter adalah warga negara Amerika yang bekerja di Indonesia. Sementara Seno adalah warga negara Indonesia yang bekerja di Singapura.
Apabila produk yang dihasilkan Ardi dan Peter ditambahkan untuk menghitung pendapatan nasional, maka akan dihasilkan ….
a.       produk domestik bruto
b.       produk nasional bruto
c.       produk nasional bersih
d.       pendapatan nasional
e.       pendapatan disposabel

8.       Berdasarkan soal nomor 5, salah satu komponen produk nasional bruto (PNB) berasal dari produk yang dihasilkan oleh ….
  1. Ardi dan Peter
  2. Ardi dan Seno
  3. Peter dan Seno
  4. Hanya Ardi
  5. Ardi, Peter dan Seno

9.       Produk Nasional Neto diperoleh dari …..
a.                   PNB – pajak tidak langsung
b.                   PDB – penyusutan
c.                   PNB – PDB
d.                   PNB – penyusutan
e.                   PNB – PDB + subsidi

10.   Selisih antara PNB dengan PNN adalah sebesar ….
a.       pajak tidak langsung
b.       biaya-biaya faktor produksi
c.       depresiasi
d.       subsidi
e.       semua jawaban salah

11.   Tingkat rata-rata pendapatan penduduk suatu negara pada periode tertentu yang diperoleh dengan membagi jumlah Pendapatan Nasional (biasanya dalam PDB) dengan jumlah penduduk di suatu negara disebut …..
a.       pendapatan riil
b.       pendapatan nominal
c.       indikator pendapatan
d.       pendapatan per kapita
e.       pendapatan nasional

12.   Pendapatan disposabel adalah …..
a.       pendapatan sektor rumah tangga dikurangi pajak
b.       pendapatan sektor rumah tangga setelah pajak
c.       pendapatan sektor rumah tangga yang bisa dibelanjakan setelah dikurangi pajak
d.       jawaban a, b, c semua benar
e.       jawaban a, b, c semua salah

13. Dalam mengukur pendapatan nasional suatu negara dapat digunakan pendekatan ….
a.       pengeluaran
b.       pendapatan
c.       produksi
d.       jawaban a, b, c semua benar
e.       jawaban a, b, c semua salah

14.   Nilai pendapatan nasional yang dihitung dengan cara menjumlahkan tingkat balas jasa bruto dari faktor produksi yang dipakai adalah pendapatan nasional berdasarkan …..
a.                               pendekatan produksi
b.                               pendekatan pendapatan
c.                               pendekatan pengeluaran
d.                               pendekatan faktor produksi
e.                               pendekatan manfaat

15.   Pendapatan nasional yang dihitung dengan menjumlahkan nilai tambah dari semua sektor produksi selama satu periode tertentu (biasanya dalam satu tahun) merupakan pendapatan nasional berdasarkan …..
a.       pendekatan produksi
b.    pendekatan pendapatan
c.     pendekatan pengeluaran
d.    pendekatan faktor produksi
e.     pendekatan manfaat/kegunaan

16.   Dalam pendekatan pengeluaran, nilai pendapatan nasional akan sama dengan …..
a.       total balas jasa atas seluruh faktor produksi
b.       total pengeluaran dari para pelaku ekonomi (konsumen, produsen dan pemerintah)
c.       nilai tambah dari semua sektor produksi
d.       jumlah produksi ditambah upah kerja
e.       jumlah investasi yang dilakukan masyarakat

17. Yang dimaksud dengan nilai tambah dalam menentukan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi adalah ….
a.     selisih antara harga pokok dan harga jual
b.    selisih antara nilai produksi dengan nilai biaya antara
c.     selisih antara harga jual dan harga beli
d.    selisih antara nilai bahan baku dan bahan penolong
e.     tidak ada jawaban yang benar

18.   Unsur pendapatan nasional yang diterima oleh pemilik faktor produksi tanah adalah ….
b.       upah/gaji
c.       dividen
d.       bunga
e.       sewa
f.        profit

19. Nilai pendapatan nasional (PDB) yang dihitung berdasarkan harga konstan disebut ….
a.       PDB aktual
b.       PDB konstan
c.       PDB riil
d.       PDB nominal
e.       PDB regional

20. Nilai pendapatan nasional (PDB) yang dihitung dengan menggunakan harga berlaku disebut ….
a.       PDB aktual
b.       PDB konstan
c.       PDB riil
d.       PDB nominal
e.       jawaban a dan b benar

21.   Diketahui PNB beberapa negara sebagai berikut.
Negara
Jumlah penduduk  (juta)
PNB (Juta US $)
K
L
M
N
O
25
1,5
2,5
9
18
200.000
11.250
3.125
36.000
3.600

Dari data diatas, negara yang memiliki pendapatan per kapita terbesar adalah ….
a.       K
b.       L
c.       M
d.       N
e.       O

22.   Tingkat kesejahteraan/kemakmuran suatu negara biasanya diukur dari …..
a.       pendapatan per kapita
b.       kekayaan alam
c.       jumlah tenaga kerja
d.       inflasi
e.       jumlah uang beredar

23.   Bank Dunia mengelompokkan suatu negara dengan tingkat pendapatan rendah, jika …..
a.       PNB per kapita kurang dari US$ 725,00
b.       PNB per kapita antara US$ 726,00-2.895,00
c.       PNB per kapita antara US$ 2.896,00-8.955,00
d.       PNB per kapita lebih dari US$ 8.955,00
e.       tidak ada jawaban yang benar

24.   Menurut Bank Dunia, suatu negara dikatakan sebagai negara maju, jika ….
a.       PNB per kapita kurang dari US$ 725,00
b.       PNB per kapita antara US$ 726,00-2.895,00
c.       PNB per kapita antara US$ 2.896,00-8.955,00
d.       PNB per kapita lebih dari US$ 8.955,00
e.       tidak ada jawaban yang benar

25.   Salah satu manfaat dari perhitungan pendapatan nasional …..
a.       mengetahui dan menganalisis struktur perekonomian negara
b.       membandingkan perekonomian antara pedesaan dan perkotaan
c.       mengetahui sumber-sumber pendapatan negara
d.       sebagai indikator kemakmuran bangsa
e.       merumuskan kebijakan di bidang keuangan


II. Soal-soal yang berkaitan dengan inflasi
1.       Kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus disebut ….
a.     inflasi
b.    deflasi
c.     devaluasi
d.    revaluasi
e.   apresiasi
2.       Jenis inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan yang melebihi kenaikan penawaran (produksi), disebut …..
a.       cost-push inflation
b.       demand-pull inflation
c.       imported inflation
d.       domestic inflation
e.       creeping inflation

3.       Jenis inflasi yang disebabkan oleh kenaikan penawaran total yang melebihi permintaan total, disebut …..
a.       cost-push inflation
b.       demand-pull inflation
c.       imported inflation
d.       domestic inflation
e.       creeping inflation

4.       Jenis inflasi yang ditandai dengan adanya kenaikan harga antara 10%-30% per tahun dan biasanya berlangsung relatif singkat disebut…..
a.       creeping inflation
b.       galloping inflation
c.       hyperinflation
d.       inertial inflation
e.       domestic inflation

5.       Inflasi yang berasal dari dalam negeri dan biasanya timbul karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, akibat gagalnya panen dan lain-lain, disebut …..
a.       cost-push inflation
b.       demand-pull inflation
c.       imported inflation
d.       domestic inflation
e.       creeping inflation

6.       Yang dimaksud dengan inflasi dasar adalah …..
a.       kenaikan harga yang disebabkan oleh kenaikan permintaan masyarakat
b.       kenaikan harga yang disebabkan oleh meningkatnya biaya produksi
c.       kenaikan harga yang disebabkan oleh defisit dalam APBN
d.       kenaikan harga yang berasal dari periode sebelumnya dan terus berlanjut sampai periode tertentu
e.       kenaikan harga karena kekakuan dalam kegiatan ekonomi

7.       Kombinasi dari dua keadaan buruk dalam perekonomian, yaitu stagnasi pertumbuhan ekonomi dan inflasi disebut …..
a.       deflasi
b.       inflasi
c.       stagflasi
d.       depresiasi
e.       devaluasi
8.       Teori yang menyatakan bahwa inflasi disebabkan oleh permintaan total terhadap barang dan jasa yang melebihi kemampuan berproduksi masyarakat, dikemukakan dalam …..
a.       teori kuantitas
b.       teori Keynes
c.       teori sebab akibat
d.       teori struktural
e.       teori relativitas

9.       Teori yang menyatakan bahwa inflasi terjadi karena adanya kekakuan pada kegiatan ekonomi, dikemukakan dalam …..
a.       teori kuantitas
b.       teori Keynes
c.       teori sebab akibat
d.       teori struktural
e.       teori relativitas

10.   Pihak yang paling menderita akibat inflasi adalah …..
a.       pedagang eceran
b.       orang yang berpenghasilan tidak tetap dan besar
c.       orang yang berpenghasilan tetap dan kecil
d.       pengusaha yang baru memulai usaha
e.       eksportir

11.   Inflasi yang timbul karena adanya inflasi di luar negeri yang mengakibatkan kenaikan harga di dalam negeri, disebut …..
a.       cost-push inflation
b.       demand-pull inflation
c.       imported inflation
d.       domestic inflation
e.       creeping inflation

12.   Depresiasi nilai tukar adalah salah satu penyebab utama inflasi di Indonesia pada masa krisis ekonomi, depresiasi nilai tukar termasuk ke dalam …..
a.       cost-push inflation
b.       demand-pull inflation
c.       imported inflation
d.       domestic inflation
e.       creeping inflation

13.   Indeks harga barang dan jasa yang diukur berdasarkan survei biaya hidup secara berkala di daerah perkotaan adalah …..
a.       indeks harga konsumen (IHK)
b.       indeks harga perdagangan besar (IHPB)
c.       indeks harga implisit (IHI)
d.       PDB deflator
e.       indeks harga saham gabungan (IHSG)

14.   Angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang diterima oleh produsen pada berbagai tingkat produksi disebut …..
a.       indeks harga konsumen
b.       indeks harga perdagangan besar
c.       indeks harga implisit
d.       PDB deflator
e.       indeks harga saham gabungan

15.   Indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang biasa dibeli konsumen dalam jumlah yang besar dan biasanya meliputi wilayah yang lebih luas adalah …..
a.       indeks harga konsumen
b.       indeks harga perdagangan besar
c.       ndeks harga implisit
d.       PDB deflator
e.       indeks harga saham gabungan

16. Kebijakan pemerintah dalam mengatasi inflasi:
1)     Kebijakan tingkat suku bunga
2)     Mengatur tarif pajak
3)     Kebijakan cadangan wajib
4)     Mengatur pengeluaran pemerintah
5)     Operasi pasar terbuka

yang termasuk ke dalam kebijakan moneter adalah ……
a.       1, 2, dan 4
b.       1, 3, dan 4
c.       1, 2, dan 5
d.       1, 3, dan 5
e.       1, 4 dan 5

17. Kebijakan pemerintah yang lebih efektif dalam mengatasi inflasi adalah …..
a.       kebijakan fiskal dan kebijakan moneter
b.       kebijakan moneter dan kebijakan non moneter
c.       kebijakan fiskal dan kebijakan non moneter
d.       kebijakan perdagangan luar negeri
e.       kebijakan devaluasi


B. JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI DENGAN BENAR!


1.       Mengapa pembahasan mengenai pendapatan nasional merupakan bagian yang paling penting dalam teori dan kebijakan ekonomi makro? Jelaskan!
2.       Jelaskan perbedaan yang paling mendasar dari PNB dan PDB!
3.       Jelaskan perhitungan pendekatan nasional dengan pendeketan
a)      Produksi
b)     Pendapatan
c)      Pengeluaran
4.       Jelaskan pengelompokkan negara berdasarkan tingkat pendapatan menurut Bank Dunia! Bagaimana dengan posisi Indonesia berdasarkan Kriteria tersebut!
5.       Mengapa tingkat pendapatan per kapita yang tinggi bukan merupakan ukuran ideal bagi tingkat kesejahteraan suatu negara? Jelaskan!
6.       Jelaskan beberapa manfaat dari perhitungan pendapatan nasional!
7.       Bagaimana suatu keadaan dikatakan telah mengalami inflasi?
8.       Jelaskan dengan singkat pembagian inflasi berdasarkan penyebabnya!
9.       Apa yang dimaksud dengan:
a)      Cost-push inflation
b)     Demand-pull inflation
c)      Imported inflation
d)     Domestic inflation
10.   Jelaskan beberapa kekakuan struktural yang menjadi penyebab utama inflasi di negara sedang berkembang!
11.   Jelaskan pengaruh inflasi terhadap orang yang berpendapatan tetap dan kecil!
12.   Jelaskan pengaruh inflasi terhadap orang yang berpendapatan tidak tetap dan besar!
13.   Jelaskan dengan singkat beberapa indikator makroekonomi yang dipergunakan untuk mengukur laju inflasi!
14.   Jelaskan beberapa kebijakan pemerintah dalam mengatasi inflasi! Kebijakan mana yang umumnya lebih efektif?
15.   Menurut para peneliti, apa yang menjadi penyebab utama inflasi di Indonesia? Mengapa demikian? Jelaskan!


C. PEMAHAMAN KONSEP
1.   Diketahui data ekonomi makro sebuah negara (dalam milyar) adalah sebagai
berukut:
               
a.       Konsumsi rumah tangga                                      Rp 10.250
b.       Pembelian barang dan jasa pemerintah       Rp   2.500
c.       Pajak perseroan                                                      Rp      200
d.       Bunga                                                                           Rp      100
e.       Laba perusahaan perseroan                               Rp      300
f.        Ekspor                                                                         Rp      500
g.       Penyusutan                                                               Rp      250
h.       Pajak tak langsung                                                 Rp      150
i.         Asuransi sosial                                                         Rp        75
j.         Dividen                                                                        Rp      350
k.       Impor                                                                           Rp      600
l.         Investasi swasta neto                                            Rp   1.500
m.    Laba ditahan                                                             Rp      550

Pertanyaan:
1)     Tentukan besarnya produk nasional bruto (gross national bruto)
2)     Tentuakan besarnya pendapatan nasional (national income)
3)     Tentukan besarnya pendapatan disposabel (disposable income)


2. Berikut ini tabel tingkat harga umum berdasarkan IHK dan IHI pada tahun 1995-2002 (1995=100)

Tahun
IHK
IHI
1995
100,0
100,0
1996
109,7
109,8
1997
119,7
130,6
1998
214,4
243,2
1999
215,9
244,4
2000
235,0
279,8
2001
264,5
315,0
2002
291,0
329,0

Dengan menggunakan IHK dan IHI, tentukan tingkat inflasi pada tahun 1996, 1998, 2000 dan 2002!








0 comments :

 

Copyright © 2009 by TEACHER

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger